Jumat, 21 Mei 2010

INDEPENDENT LEARNING

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri. Hal yang terpenting dalam proses belajar mandiri ialah peningkatan kemauan dan keterampilan siswa/peserta didik dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya siswa/peserta didik tidak tergantung pada guru/instruktur, pembimbing, teman, atau orang lain dalam belajar. Dalam belajar mandiri siswa/peserta didik akan berusaha sendiri dahulu untuk memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya melalui media audio visual. Kalau mendapat kesulitan barulah bertanya atau mendiskusikannya dengan teman, guru/instruktur atau orang lain. Siswa/peserta didik yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang dibutuhkannya.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini ada tiga masalah yang akan dicari jawabannya.
1. Apa pengertian Independent Learning ?
2. Bagaimana karakteristik Independent Learning ?
3. Bagaimana pelaksanaan Independent Learning pada pembelajaran Bahasa Indonesia ?

C. TUJUAN
Dalam makalah ini ada 3 tujuan yang hendak dicapai.
1. Mendeskripsikan hakekat dari Independent Learning
2. Mendeskripsikan karakteristik Independent Learning
3. Memaparkan pelaksanaan Independent Learning pada pembelajaran Bahasa Indonesia.


D. MANFAAT
Dalam makalah ini ada 3 manfaat yang dapat diperoleh.
1. Mengetahui hakekat dari Independent Learning
2. Mengetahui karakteristik Independent Learning.
3. Mengetahui pelaksanaan Independent Learning pada pembelajaran Bahasa Indonesia.

























BAB II
PEMBAHASAN


A. HAKEKAT INDEPENDENT LEARNING.
Belajar mandiri didefinisikan sebagai usaha individu mahasiswa yang otonomi untuk mencapai suatu kompetensi akademis ( Kozma Belle, William, 1978).
Wedemeyer (1973) menjelaskan bahwa independent learning (belajar mandiri) adalah cara belajar yang memberikan derajat kebebasan, tanggung jawab dan kewenangan yang lebih besar kepada pembelajar dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan belajarnya. Pembelajar mendapatkan bantuan bimbingan dari guru atau orang lain tapi bukan bearti harus bergantung kepada mereka.
Dodds (1983) menjelaskan bahwa belajar mandiri adalah sistem yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri dari bahan cetak, siaran ataupun bahan pra-rekam yang telah terlebih dahulu disiapkan; istilah mandiri menegaskan bahwa kendali belajar serta keluwesan waktu maupun tempat belajar terletak pada siswa yang belajar.
Rowntree (1992) menjelaskan bahwa ciri utama pendidikan terbuka yang menerapkan sistem belajar mandiri adalah adanya komitmen untuk membantu pembelajar memperoleh kemandirian dalam menentukan keputusan sendiri tentang
1. Tujuan atau hasil belajar yang ingin dicapainya
2. Mata ajar, tema, topic atau issu yang akan ia pelajari
3. Sumber-sumber belajar dan metode yang akan digunakan
4. Kapan, bagaimana serta dalam hal apa keberhasilan belajarnya akan diuji (dinilai).
Dalam independent learning, guru/tutor berperan sebagai fasilitator yang memungkinkan pembelajar dapat secara mandiri:
1. mendiagnosa kebutuhan belajarnya sendiri
2. merumuskan/menentukan tujuan belajarnya sendiri
3. mengidentifikasi dan memilih sumber-sumber belajarnya sendiri (baik sumber belajar manusia atau non-manusia)
4. menentukan dan melaksanakan strategi belajarnya
5. mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulakan bahwa Independent Learning merupakan kegiatan belajar secara mandiri baik dalam tugas mandiri mauapun kelompok.

B. KARAKTERISTIK INDEPENDENT LEARNING.
Pembelajaran dengan sistem belajar mandiri mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dengan sistem pendidikan yang lain. Knowles (1975) menyatakan bahwa sistem belajar mandiri bukan cara belajar yang tertutup, dimana pembelajar belajar secara sendiri tanpa bantuan orang lain. Tetapi, belajar mandiri terjadi dengan bantuan orang lain seperti guru, tutor, mentor, narasumber, dan teman sebaya. Knowles membedakan sistem belajar mandiri dengan sistem belajar tradisional dengan istilah pedagogi dan andragogi.
Konsep pedagogi memandang pembelajar sebagai obyek, dalam hal ini pembelajar diajarkan (being taught) tentang sesuatu. Sedangkan konsep andragogi memandang pembelajar sebagai subyek, peran guru adalah membantu belajar. Sistem belajar mandiri memberikan peluang kepada pembelajar untuk menyesuaikan diri dengan tujuan, sumber belajar dan kegiatan-kegiatan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan pada belajar individual, kesempatan untuk hal ini tidak ada. Semuanya telah ditentukan oleh guru atau pembuat program secara “top-down”, baik dari segi tujuan, sumber belajar dan kegiatan-kegiatan belajarnya.
Karakteristik utama pendidikan dengan sistem belajar mandiri adalah tanggung jawab dalam mengendalikan dan mengarahkan belajarnya sendiri berada ditangan pembelajar. Karakteristik umum lainya, menurut Institut for Distance Education of Maryland University, pendidikan dengan sistem belajar mandiri memiliki karakteristik:
1. Membebaskan pembelajar untuk tidak harus berada pada satu tempat dalam satu waktu tertentu.
2. Disediakannya berbagai bahan (materials) termasuk panduan belajar dan silabus yang rinci serta akses ke semua anggota fakultas (penyelenggara pendidikan) yang memberikan layanan bimbingan, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pembelajar, dan mengevaluasi karya-karya para pembelajar
3. Komunikasi antara pembelajar dengan instruktur atau tutor dicapai melalui satu atau kombinasi dari beberapa teknologi komunikasi seperti telepon, voice-mail, konferensi melalui komputer, surat elektronik, dan surat-menyurat secara reguler.
Wedemeyer (1968, dalam http://sn2dg.blogspot.com) menyebutkan sepuluh karakteristik sistem belajar mandiri. Kesepuluh karakteristik tersebut meliputi:
1. Sistem harus dapat dilakukan disemua tempat dimana terdapat pembelajar, walaupun hanya satu orang pembelajar, baik dengan atau tanpa kehadiran guru pada saat dan tempat yang sama
2. sistem harus memberikan tanggung jawab untuk belajar yang lebih besar kepada pembelajar
3. sistem harus membebaskan anggota fakultas dari tipe tugas lain yang tidak relevan, sehingga lebih banyak waktu digunakan sepenuhnya untuk tugas-tugas pendidikan
4. sistem harus menawarkan kepada pembelajar pilihan yang lebih luas (lebih banyak peluang) baik dari segi mata kuliah, bentuk, maupun metodologi
5. Sistem harus memanfaatkan, segala bentuk media dan metode pembelajaran yang telah terbukti efektif
6. sistem harus mencampur dan mengkombinasikan media dan metode sehingga setiap topik atau unit dalam suatu mata kuliah diajarkan dengan cara yang terbaik
7. sistem harus mempertimbangkan desain dan pengembangan mata ajar yang sesuai dengan program media yang sudah ditetapkan
8. sistem harus memelihara dan meningkatkan peluang untuk dapat beradaptasi dengan perbedaan-perbedaan individu
9. sistem harus mengevaluasi keberhasilan belajar secara sederhana, dengan tidak harus menjadikan hambatan berkaitan dengan tempat dimana pembelajar belajar, kecepatan belajar mereka, metode yang mereka gunakan atau urutan belajar yang mereka lakukan
10. sistem harus memungkinkan pembelajar untuk memulai, berhenti dan belajar sesuai dengan kecepatanya.

C. PELAKSANAAN INDEPENDENT LEARNING PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Proses belajar mandiri memberi kesempatan peserta didik untuk mencerna materi ajar dengan sedikit bantuan guru. Mereka mengikuti kegiatan belajar dengan materi ajar yang sudah dirancang khusus sehingga masalah atau kesulitan belajar sudah diantisipasi sebelumnya. Model belajar mandiri ini sangat bermanfaat, karena dianggap luwes, tidak mengikat serta melatih kemandirian siswa agar tidak bergantung atas kehadiran atau uraian materi ajar dari guru. Berdasarkan gagasan keluwesan dan kemandirian inilah belajar mandiri telah ber’metamorfosis’ sedemikian rupa, diantaranya menjadi sistem belajar terbuka dan belajar jarak jauh. Perubahan tersebut juga dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain dan kenyataan di lapangan.
Proses belajar mandiri mengubah peran guru atau instruktur, menjadi fasilitator atau perancang proses belajar. Sebagai fasilitator, seorang guru atau instruktur membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar, atau ia dapat menjadi mitra belajar untuk materi tertentu pada program tutorial. Tugas perancang proses belajar mengharuskan guru untuk mengolah materi ke dalam format sesuai dengan pola belajar mandiri.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat dicontohkan pada pembelajaran drama. Disitu peran guru sangat penting untuk mengarahkan jalannya drama, peserta didik kerja berkelompok tetapi guru menilai secara mandiri. Peserta didik dituntut untuk menyelesaikan tugasnya masing- masing sesuai dengan tanggung jawabnya yang telah dibagikan, namun kerjasama kelompok sangt dibutuhkan.



BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN
Independent Learning (Belajar Mandiri) merupakan kegiatan belajar secara mandiri baik dalam tugas mandiri maupun kelompok yang menciptakan kemandirian dalam menentukan keputusan sendiri tentang tujuan atau hasil belajar yang ingin dicapainya, mata ajar, tema, topic atau issu yang akan ia pelajari, sumber-sumber belajar dan metode yang akan digunakan, kapan, bagaimana serta dalam hal apa keberhasilan belajarnya akan diuji (dinilai).
Karakteristik Independent Learning yaitu membebaskan pembelajar untuk tidak harus berada pada satu tempat dalam satu waktu tertentu, disediakannya berbagai bahan (materials) termasuk panduan belajar dan silabus yang rinci serta akses ke semua anggota fakultas (penyelenggara pendidikan) yang memberikan layanan bimbingan, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pembelajar, dan mengevaluasi karya-karya para pembelajar, komunikasi antara pembelajar dengan instruktur atau tutor dicapai melalui satu atau kombinasi dari beberapa teknologi komunikasi seperti telepon, voice-mail, konferensi melalui komputer, surat elektronik, dan surat-menyurat secara reguler.
Pelaksanaan dalam bidang bahasa Indonesia yaitu pada pembelajaran drama. Disitu peran guru sangat penting untuk mengarahkan jalannya drama, peserta didik kerja berkelompok tetapi guru menilai secara mandiri. Peserta didik dituntut untuk menyelesaikan tugasnya masing- masing sesuai dengan tanggung jawabnya yang telah dibagikan, namun kerjasama kelompok sangt dibutuhkan.







DAFTAR PUSTAKA


Silberman, Mel. 2007. Active Learning. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Khadifa, Sella. 2008. “Sistem Belajar Mandiri” (http://sn2dg.blogspot.com, diakses pada tanggal 18 Mei 2010).

Sandra, Yunia. 2008. “Karakteristik Independent Learning” (http://sn2dg.blogspot.com, diakses pada tanggal 20 Mei 2010).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar