Minggu, 15 Januari 2012

JERITAN PEMILIK SERIBU SAYAP

Cerpen,

Kicauan burung kutilang peliharaan Mbah Jenggot seakan-akan menyambut cerahnya senin pagi ini. Ayam berkokok dari setiap sudut rumah yang berjajar di desa kecil Sidakala. Dengan seragam putih abu-abu, kerudung putih yang membalut kepala Sitha, menambah eloknya ciptaan Tuhan di dunia ini.
Mbah Jenggot sungguh bangga melihat anak semata wayangnya menjadi anak yang shalekhah. Sitha pun bangga mempunyai Ayah yang pantang menyerah dan selalu menyayanginya meskipun Ayahnya bekerja hanya sebagai tukang ojek. Kecantikan dan kepribadian yang dimiliki Sitha membuat Ia dijuluki sebagai Bunga Desa, namun Ia tak pernah besar kepala. Semakin dianggap baik oleh orang-orang, maka tanggung jawab Sitha semakin besar. Seperti pepatah mengatakan “Bagaikan ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk”, begitulah nasihat Ayahnya kepada Sitha setiap hari.
Sitha dilahirkan bukan dari keluarga kaya, mungkin bisa dikatakan miskin, namun Sitha dan Ayahnya tidak pernah menganggap dirinya miskin. Mereka berdua pandai bersyukur atas segala rizki yang diberikan Tuhan kepada keluarga kecilnya. Sitha mempunyai Ibu yang menyayanginya sepenuh hati. Tiga tahun silam beliau telah meninggalkan dunia ini karena sakit jantung. Jalani hidup tanpa kehadiran seorang Ibu tidak membuat gadis cantik ini patah semangat, karena masih ada Ayahnya yang menyayanginya sepenuh jiwa dan raga.
Sitha memang anak yang beruntung, Ia melanjutkan studinya ke perguruan tinggi dengan beasiswa prestasi. Jumlah anak yang bersekolah di Desa Sidakala masih bisa dihitung dengan jari, oleh karena itu Mbah Jenggot sangat mengharapkan kesuksesan dari anak semata wayangnya Sitha. Mbah jenggot merasa bahwa dengan pendidikan tinggi dapat mengangkat derajat keluarga di mata masyarakat, begitulah yang terjadi di Desa Sidakala.

***

Awal Agustus 2007 Sitha mendaftar di sebuah Universitas ternama di Jawa Tengah, tepatnya di Solo. Sitha mempunyai sepupu bernama Salsabila yang kuliah di Universitas yang sama, tetapi Salsabila sudah masuk semester lima. Sitha meminta bantuan Salsabila untuk mencari tempat tinggal yang dekat dengan kampusnya.

“Maaf ya Sitha kamu nggak bisa satu kos sama aku, soalnya kos aku sudah penuh”, ujar Salsabila.
Dengan sikap ramahnya, Sitha pun menjawab, “tidak apa - apa Bila, aku mau cari kos yang dekat dengan kampus saja. Aku kan nggak punya motor?”

(Salsabila memberikan senyuman kepada Sitha sambil mengkerutkan keningnya)

Satu jam setelah berkeliling kampus maka dapatlah satu tempat kos yang murah dan nyaman. Salsabila merasakan keganjalan melihat suasana kos yang sepi dan sesekali ada laki – laki keluar masuk kamar dari salah satu penghuni kos, padahal ini adalah kos khusus putri. Dengan sedikit terlukis wajah khawatir, Salsabila mencoba membujuk Sitha untuk survey kos yang lain.

“Sitha, kamu yakin mau kos disini? Kita keliling lagi aja yuk?” begitu ujarnya sambil mengkerutkan dahinya.

Tanpa ragu Sitha menjawab: “sudah Bil, aku mau disini saja. Tempatnya enak dan murah, lagi pula nggak begitu rame. Pasti enak buat belajar”.

(lagi – lagi Salsabila hanya bisa memberi senyuman sambil mengangkat bahunya).

***

Satu semester sudah Ia selesaikan. Nilai yang Sitha peroleh pun sangat memuaskan. Mbah jenggot sangat bangga melihat nilai – nilai Sitha yang hampir semua mendapat nilai “A”. Indeks Prestasi (IP) semester pertama Sitha mencapai 3.94, sungguh awal yang indah.
Perbincangan hangat pagi itu membuat Sitha makin semangat untuk belajar lebih giat.

“Nak, Ayahmu sudah tidak punya siapa - siapa lagi. Hanya kamu harapan Ayah. Kamu tahu kan maksud Ayah?” Begitu ujar Mbah Jenggot dengan nada bak nasihat.

(Sitha menghembuskan nafas panjang dan melepaskannya dengan senyuman manis yang di lontarkan untuk Ayah tercintanya)

“iya Ayah, Sitha tahu maksud Ayah. Sitha pasti lakukan yang terbaik untuk Ayah dan keluarga kecil kita Yah.” Jawab Sitha manis.
(Dalam hati, Sitha ingin menceritakan sedikit tentang suasana tempat tinggal Sitha bahwa penghuni kos yang lain sering membawa teman laki – lakinya untuk menginap bahkan ada yang minum minuman keras,dan juga tak pernah luput dari asap rokok. Sitha tidak ingin Ayahnya khawatir, akhirnya Sitha tidak jadi bercerita dan memilih untuk bungkam.)

***

Lima semester Sitha menjalani Studinya. Lima semester pula Sitha bergaul dengan teman – teman kosnya yang rata – rata perokok aktif. Tak jarang pula Sitha diajak untuk mencicipi setetes dua tetes minuman keras dan menyedot asap rokok. Setiap malam minggu pasti ada pesta minuman di salah satu kamar penghuni kos secara bergantian. Disitu Sitha selalu dibujuk untuk sesekali ikut pesta.

“hey Sitha, came on baby…ilangin dulu lah penat di otakmu. Kita happy bareng yuuk. Ayah kamu nggak akan tahu.” ajak Rino salah satu teman kosnya.

“iya Rin, kapan – kapan saja ya? Besok ada laporan yang harus aku kumpulkanke Dosen” dengan alasan tugas Sitha menolak ajakan Rino.

(sambil berputar kembali ke kamarnya, Rino menghisap putung rokok yang baru Ia nyalakan dan melambaikan tangannya pada Sitha)

***

Satu jam setelah itu, ketika Sitha baru berbaring sejenak di tempat tidurnya, tepatnya pukul 20.30 Sitha mendapat kabar dari Salsabila yang berada di kampung, mengabarkan bahwa Ayahnya meninggal karena kecelakaan.

“Innalillahiwainnailaihiroji’un” hanya itu kata yang terlontar dari bibir Sitha.

Seketika tubuh Sitha terasa begitu dingin dan lemas bak tak bertulang. Wajah yang sebelumnya merah merona dengan sekejab berubah pucat bak kehilangan saripati hidupnya. Sejenak Ia duduk di pojok kamarnya dengan mata yang berkaca – kaca Ia terus memanggil nama Allah. Pandangan yang mulai redup terasa semakin gelap. Telinganya tak dapat lagi mendengar meriahnya pesta di luar kamarnya. Alunan musik berubah menjadi sebuah sambaran petir yang begitu menyengat hatinya. Tetes demi tetes, air mata Sitha keluar membasahi pipinya. Deras, deras, dan semakin deras linangan air matanya.

***

Seminggu kemudian, Sitha sudah mulai kembali masuk kuliah. Teman – teman kosnya tidak pernah berhenti menghiburnya. Disitu Sitha merasa punya teman dan akhirnya menganggap mereka adalah keluarga barunya.

“makasih ya, kalian semua baik sekali. Bolehkan aku menganggap kalian adalah keluargaku?” ujar Sitha

Tanpa basa – basi teman - teman Sitha menerima Sitha untuk menjadi keluarga barunya.
“iya Sitha, pasti boleh. Kita semua sayang sama Sitha” jawab Rino.

Keputusan Sitha membuat dirinya terperosok masuk ke dalam jurang yang penuh dengan duri – duri empuk yang tidak terasa menusuk seluruh jiwanya. Hari demi hari, waktu demi waktu, Sitha makin jauh dari Agama. Pekatnya asap rokok, panasnya minuman keras, dan ganasnya seks bebas adalah hal yang sudah tidak tabu lagi bagi Sitha.
Kini Sitha bukan hanya berstatus sebagai mahasiswi, namun sekarang Ia juga berstatus sebagai pelacur. Sitha merasa di situlah jalan rejekinya. Kebutuhan yang makin hari makin banyak dan rasa kecanduan yang telah tergores di dinding otaknya, membuat Sitha tidak bisa lepas dari pekerjaannya. Begitu Ia jalanai kehidupannya sampai Ia menginjak semester delapan yang mestinya sudah mulai membuat skripsi. Rutinitas yang Sitha jalani membuat nilai – nilainya turun dan kehilangan beasiswa yang sudah Ia dapatkan sejak masuk kuliah. Hal ini membuat Sitha lebih fokus untuk mencari uang dan uang. Akhirnya Ia tidak bisa lulus tepat waktu.

***

Hari ini tanggal 10 Juni. Hari ulang tahunnya. Tahun ini Sitha berumur 22 tahun. Di hari ini pula Sitha di tembak satu cowok yang Ia kenal dari media Facebook yang selama ini menjadi tempat curhatmya sejak lama. Cowok berbadan tinggi dan putih ini bernama Soleman. Soleman berprofesi sebagai Guru Olahraga di sebuah SMA Swasta sekitar kampusnya. Ketampanan wajah dan keramahan sikap Soleman kepada Sitha membuat Ia tak bisa menolak tawarannya untuk menjadi kekasihnya.

(di sebuah Taman tengah kota Soleman menggenggam erat tangan Sitha, menatap tajam indah matanya yang menandakan keseriusan dalam diri Soleman. Sitha yang tercengang melihat Soleman berlutut di depannya tak kuasa melontarkan kata - kata)

“Sitha, entah kenapa tak ada rasa ragu sedikitpun dalam hati aku untuk memilihmu menemaniku jalani kehidupan yang penuh lika – liku ini. Jangan pula kau tanya kenapa aku bisa begitu sayang sama kamu. Sitha, maukah kamu menjadi satu – satunya orang yang ada di hati aku?” ungkap Soleman tanpa ragu.

Dengan nada lirih dan manja, Sitha pun menjawab, “iya, aku mau menjadi pacar kamu. Mau banget”

Sedikit senyuman terlontar untuk Shita.
“Sitha, aku nggak ingin kamu jadi pacar aku”. Sambung Soleman.

(Sitha tidak tahu maksud Soleman. Sitha merasa malu dan salah tingkah. Tanpa berkata apa – apa Ia mengerutkan dahi dan mengangkat bahunya yang menandakan Ia bertanya kepada Soleman maksud dari kata - katanya)

Pelan – pelan Soleman melanjutkan pembicaraannya.
“Sitha, sebelumnya aku minta maaf, aku ingin jujur. Memang aku sudah tau seluk beluk kamu dari nol sampai sekarang, apa yang sudah kamu lakukan, baik dan buruknya, semua itu tak menjadi masalah buat aku (semakin erat genggaman tangannya). Ketulusan cinta yang aku punya untuk kamu membuat aku ingin menjadi keluarga utamamu. Aku tahu Sitha bukanlah orang nakal. Sitha yang aku kenal adalah Sitha yang sayang keluarga dan sayang Allah. Sekarang apakah Sitha mau menjadi Istri aku?”

(malam ini terasa begitu indah bagi Sitha. Hembusan angin yang menabrak pepohonan dan memantul ke rambut Sitha tak kuasa Ia hindari. Di temani kerlap – kerlip bintang dan indahnya bulan sabit di atas sana menambah susana romantis malam ini. Sejenak Ia memejamkan mata, merasakan betapa damianya hati ini. Sedikit pertanyaan ada di benak Sitha untuk Soleman)

“Mas, apakah Mas Soleman yakin mau menjadikan aku istri? Apakah aku pantas menjadi pendampingmu? Aku kotor. Aku hina. Aku durhaka” Cetus Sitha.

“Apakah Sitha mau berhenti dari kebiasaan buruk itu? Aku janji akan selalu membuatmu bahagia sayang. Aku janji. Jika Sitha mau menerima aku, malam minggu besok aku akan melamar Sitha. Aku akan membawa orang tua aku bertemu dengamu Sitha” Soleman berusaha meyakinkan Sitha.

Linangan air mata Sitha keluar dari mata indahnya dan membasahi pipinya. Deras, deras dan semakin deras sehingga mascara yang Ia pakai luntur. Dengan terbata – bata Sitha mencoba mengungkapkan apa yang ia rasakan.
“Mas, aku berjanji akan keluar dari kehidupan yang hina ini. Aku berjanji akan menjadi istri yang sholekhah untuk Mas, Sitha janji Mas, Sitha janji”

(Sitha ikut berlutut dan menggenggam erat tangan Soleman, namun Soleman melepaskan genggaman tangannya dan mengahapus air mata Sitha. Senyuman terlontar dari kedua sejoli yang sedang dimabuk asmara).

***

Keesokan harinya Sitha berpamitan dengan teman – temannya. Sitha benar – benar tidak mau lagi merasakan pekatnya asap rokok, panasnya minuman keras, dan kenikmatan sesaat dari seks bebas. Teman – teman Sitha tidak keberatan sama sekali, justru mereka ikut senang mendengar kabar dari Sitha.
Sekarang Sitha telah resmi menikah dengan cinta pertama dan terakhirnya yaitu Soleman. Sitha memutuskan untuk memakai kerudung sehingga membuat Soleman makin cinta pada istrinya. Mertuanya sangat menyayangi Sitha seperti menyayangi anaknya sendiri. Semester ini pun Sitha wisuda di temani oleh keluarga barunya yang begitu menyayanginya. Sitha mendapat nilai yang sangat memuaskan dengan peringkat pertama paralel.
Keberuntungan yang Sitha dapatkan bak kupu – kupu yang mempunyai seribu sayap. Ketika satu sayap patah, maka masih banyak sayap yang akan membantunya terbang.
Sebagai hadiah atas keberhasilan Sitha, suaminya mengajak bulan madu ke Paris. Soleman tahu, Sitha pernah bermimpi ingin pergi ke Paris. Dengan penuh rasa bangga Ia mengabulkan keinginan Istri tercintanya untuk bulan madu ke Paris. Ketika mereka berdua sampai di depan menara Eiffel, tiba – tiba Sitha melepaskan genggaman tangan suaminya dan berlari kecil ke depan. Sitha berteriak sekencang – kencangnya.

“Aku kupu –kupu bersayap seribu…..!!!”

Itulah kata – kata yang selama ini Sitha ingat dari almarhumah Ibunya dan Almarhum Ayahnya ketika bermain bersama kala Sitha kecil. Kebahagiaan yang Sitha dapatkan membuat Sitha merasa kecil di hadapan Tuhan. Ketulusan hati dan jerih payahnya dalam memperjuangkan hidup telah terbalaskan dengan kebahagiaan yang Ia dapatkan. Sitha ingin tetap menjadi kupu – kupu cantik untuk Suaminya.


~ || ~
( selesai )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar