MEMBUKA PINTU KEDEWASAAN
Ada banyak jalan yang bisa kita terapkan untuk bisa menjadi lebih dewasa. Jalan-jalan itu memang harus kita lalui. Walaupun banyak suka dan dukanya di sana. Tetapi pintu-pintunya harus kita buka. Karena kedewasaan artinya kemampuan kita untuk menentukan menentukan hidup sendiri, mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mampu bertanggung jawab. Mari membuka pintu-pintu kedewasaan itu :
1. Berdiam sejenak, tidak terburu-buru
Salah satu ciri kedewasaan adalah kemampuan berfikir dengan tenang, tidak tergesa-gesa dan tidak didominasi oleh emosi. Setiap kita dikaruniai potensi untuk berfikir sebelum melakukan sesuatu, tanpa tergesa-gesa. Melakukan suatu pekerjaan dengan terburu-buru tidak berarti kita akan cepat mencapai tujuan denganlebih cepat, karena pekerjaan yang tanpa perhitungan dan pertimbangan yang masak adalah suatu tanda ketidaksabaran.
Seorang inspirator muslim yaitu KHomarudin Ibnu Mikam menasihati kita, “Sabar adalah kegigihan untuk senantiasa di jalan Allah dalam menerima suka maupun duka. Senantiasa bersyukur ketika mendapat kenikmatan. Senantiasa tawadhu bila menerima kesulitan”.
2. Jangan takut tntangan, karena itu akan mendewasakan
Kedewasaan adalah puncak dari kakuatan hidup yang harus kita miliki untuk member makna dan arti dalam perjalanan hidup kita. Jiwa ini perlu tantangan dan benturan. Sayyid Quthb, seorang pejuang dakwah islam yang syahid di tiang gantungan, mengerti betul hal ini. Katanya, “Hakikat imam tidak akan terbukti kesempurnaan dalam hati seseorang, sampai ia mengahadapi benturan upaya orang lain, yang berlawanan dengan imannya karena disinilah seseorang akan melakukan mujahadah (uapaya keras), sebagaimana orang lain melakukan mujahadah kepadanya, untuk mengahalanginya dari keimanan. Disinilah cakrawala iman akan tersingkap dan terbuka. Keterbukaan yang tidak pernah terjadi pada jiwa orang yang merasakan iman secara datar. (Syyid Quthb, Mustaqbal Li Haadzad Diin, 10).
Pilihan hidup ada pada keputusan diri kita sendiri. Jalan mana yang akan kita ambil semoga tidak karena pengaruh orang lain. Ya, bila kita menjalani hidup ini dengan datar-datar saja maka tidak ada tantangan disana. Mulailah hari ini dengan menantang diri untuk berubah lebih baik. Bangkitlah ke-6 kali bila kau sempat terjatuh untuk yang ke-5 kalinya.
Kaetika Rasulullah SAW menunjuk Usamah bin Hisyam menjadi panglima perang di usianya yang sangat belia, 17 tahun, bukanlah sebuah sensasi dan bukan pula sebuah kecerobohan. Sebab Usamah kemudian memang bisa menaklukan tantangan itu dan membuktikan kedewasaan dirinya, dengan kemampuannya mengemban amanah besar dan tidak pernah mempermasalahkan usianya di hadapan para sahabat yang lebih tua.
3. Berikanlah lebih banyak porsi untuk orang lain
“Ketahuilah, kewajiban itu lebih banyak dari pada waktu yang tersedia maka bantulah saudaramu untuk menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya dan jika anda punya kepentingan atau tugas selesaikanlah segera”. (Hasan Al-Banna).
Sangat terasa indah bila ditengah kesibukan kita masih sempatnya kita berkontribusi untuk orang lain, sesar dan kecilnya peran yang coba kita berikan pada orang lain tidak terlalu masalah karena yang terpenting adalah keberanian kita untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Terlebih bila hidup yang singkat ini, kita bisa menjadi inspirasi orang dalam hal kebaikan, dapat dipastikan pahala dari Allah akan terus mengalir.
Maka mari menjadi orang-orang yang akan membuat sejarah, yaitu orang –orang yang atas keinginannya sendiri konsen terhadap kepentingan kemanusiaan, mereka tidak mengambil hak untuk mendapatkan perlindungan, mereka hanya memiliki tanggung jawab, yang mereka lakukan dengan resiko apapun bagi dirinya.
4. Jangan banyak menggantungkan diri sendiri dari sikap orang lain
Mampu bersikap mandiri dan menentukan arah sendiri tanpa tergantung orang lain, adalah bagian dan cirri sikap kedewasaan. Seseorang yang dewasa adalah orang yang tahu menghargai dirinya, tahu memilih jalan yang wajar untuk dirinya sendiri. Dia percaya kepada kemampuannya dan serius dalam menjalani karyanya.
Seorsang Hasan Al-Banna mengatakan, “Bukanlah disebut pemuda ketika ia mengatakan ‘ini ayahku’. Tapi pemuda adalah ketika ia mengatakan’inilah aku’”.
5. Memiliki cita-cita tinggi dan pola pikir besar
Kita perlu memiliki obsesi dan cita-cita besar untuk mencapai sesuatu yang besar. Kedewasaan tidak muncul dari usaha yang setengah-setengah, cita-cita yang kecil dan tekad yang lemah. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai obsesinya, maka Allah akan memberikan raa puas dalam hatinya dan menghimpun segala keinginannyadan dunia pun akan mendatanginya dengan merunduk. Dan barang siapa yang menjadikan dunia sebagai obsesinya, maka Allah akan menjadikan kemiskinan di depan matanya, membuyarkan segala keinginannya dan dunia tidak akan mendatanginya melainkan apa yang sudah ditemukan baginya. (HR.Tirmidzi)”.
Karena kedewasaan merupakan hasil dari proses pemikiran, pengalaman, tekad, latihan dan segala usaha menjadi lebih besar. Selalu yakinlah bahwa mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok.
6. Mendekat dan terus mendekat pada Allah Ta’ala
Hal yang tidak boleh dilupakan dalam menapaki jalan menuju kedewasaan. Kita perlu memberi makanan hati, supaya jiwa stabil dan tidak meledak-ledak, yang menunjukan ketidakdewasaan. Kita perlu menjaga sifat-sifat yang positif. Diantara caranya memperbaiki kualitas Sholat, ibadah sunnah, baca Al-Quran, berdoa, dan mendalami ilmu-ilmu agama, dengan membaca dan berguru dariorang-orang yang shaleh. Berani hidup harus berani dewasa. Hidup ini memang tidak mudah, tetapi alangkah tidak mudahnya hidup tanpa keberanian menjadi dewasa. Suatu saat, kita akan diangggap dewasa oleh beberapa orang tapi menurut orang lain kita belum dewasa. Tapi semua itu tidak usah terlalu dihiraukan karena jauh lebih penting membuat diri kita berani berani dewasa di mata Allah dari pada di amata manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar