Pohon Berduri Kini Menjadi Tumpuan Hidupnya
Sedari kecil
beliau sudah merasakan pahir manisnya kehidupan. Pendidikan yang dienyam pun
tidaklah tinggi, hanya sampai pada jenjang SMP. Biaya sekolah pada masa itu
tidaklah sedikit bagi keluarga yang tingkat ekonominya hanya cukup untuk makan
sehari-hari. Beliau dengan besar hati mau bekerja untuk mendapatkan uang lebih
untuk biaya pendidikannya. Di samping tugasnya sebagai pelajar, beliau juga
bekerja mencari rumput untuk seekor kambing milik tetangga. Meskipun upah yang
diperoleh sedikit, namun Pak Besar selalu mensyukuri apa yang sudah
diperolehnya.
Hasil nilai kelulusan
yang sangat memuaskan membuat beliau merasa senang dan berharap dapat
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Terbentur dengan perekoniman yang
tidak mencukupi, menjadi hambatan beliau untuk meneruskan keinginannya. Hal ini
tidak melunturkan semangatnya untuk terus berusaha menggapai cita dan harapan
untuk hidup yang lebih layak.
Cita-cita yang tinggi
dengan semangat yang kokoh, beliau tidak menyerah begitu saja. Pekerjaan yang
beliau dapatkan setelah lulus sekolah dapat dikatakan tidak layak dikerjakan
oleh anak seusia beliau. Beliau bekerja sebagai buruh tani tanpa pengalaman dan
wawasan bertani.
Berjalannya waktu, dan
bertambahnya usia, serta pergaulan,
menjadikan dorongan bagi beliau untuk menggapai kehidupan yang lebih
maju. Pendapatan tambahan beliau dapatkan dari seni karawitan yang diikutinya.
Melalui kegiatan seni tersebut, beliau menemukan pendamping hidup. Beliau
berani mengarungi kehidupan berumah tangga bersama seorang janda yang
berprofesi sebagai sinden pada paguyuban seni
yang diikutinya.
Setelah beliau menjadi
kepala keluarga, dengan pekerjaan dan penghasilan seperti itu, tentulah tidak
dapat cukup untuk menghidupi keluarganya. Mulai saat itu beliau berfikir untuk
mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang lebih layak. Dengan modal pengalaman
sebagai buruh tani yang pernah dijalaninya, beliau memberanikan diri untuk
menyewa sebuah lahan untuk ditanami tanaman jahe dengan sistem bagi hasil.
Beliau berani mengambil resiko apabila usaha yang dikiati tidak berhasil.
Rencana berjalan mulus,
bertani jahe yang beliau jalani membuahkan hasil. Sedikit demi sedikit beliau
mengumpulkan biaya, agar dapat mempunyai lahan sendiri. Selain bertani, beliau
juga bekerja menjadi pedagang kebutuhan rumah tangga keliling. Semua ini
dilakoninya semata-mata ingin mempunyai lahan sendiri yang rencananya akan di
garap dengan serius.
Rencana demi
rencana telah tercapai, beliau dapat membeli lahan sendiri dan meneruskan
bertani jahe. Ketika waktu panen tiba, namun untuk mencari pengepul jahe
sangatlah sulit dan kala itu harga jahe menurun. Mengahadapi permasalahan
tersebut muncullah sebuah ide. Sebagian jahenya dibuat menjadi serbuk untuk
minuman.
Pak Besar dengan
besar hati memulai kembali dari awal pengolahan lahannya dengan menanami buah
salak dan pohon Albasia. Ilmu bertanam salak dan bibitnya beliau dapat dari
saudaranya yang tinggal di Yogyakarta. Sedikit demi sedikit dengan ketelatenannya,
membuahkan hasil yang lebih menguntungkan dari usaha-usahanya yang dulu pernah
beliau jalani. Kondisi alam yang subur dan ketelatenannya dalam mengolah lahan, membuat hasil panennya memiliki mutu yang bagus dan masa panennya yang berkesinambungan. Dari hasil panennya beliau dapat memperluas lahan dan mencukupi keluarganya. Usaha beliau dalam bercocok tanam salak masih dijalaninya sampai sekarang, bahkan metode-metode yang beliau gunakan sering dijadikan contoh bagi para petani salak yang baru.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar